Ketika model kecerdasan buatan kehabisan data untuk dilatih, perusahaan AI semakin beralih ke manusia sebenarnya untuk menulis konten pelatihan.
Selama bertahun-tahun, perusahaan telah menggunakan pekerja pertunjukan untuk membantu melatih model AI dalam tugas-tugas sederhana seperti identifikasi foto, anotasi data, dan pelabelan. Namun teknologi yang berkembang pesat kini membutuhkan orang-orang yang lebih maju untuk melatihnya.
Perusahaan seperti Scale AI dan Surge AI mempekerjakan pekerja paruh waktu dengan gelar sarjana untuk menulis esai dan petunjuk kreatif agar bot dapat melahapnya, The New York Times melaporkan. Scale AI, misalnya, memposting pekerjaan tahun lalu untuk mencari orang-orang dengan gelar Master atau PhD, yang fasih berbahasa Inggris, Hindi, atau Jepang dan memiliki pengalaman menulis profesional di bidang-bidang seperti puisi, jurnalisme, dan penerbitan.
Misi mereka? Untuk membantu bot AI “menjadi penulis yang lebih baik,” tulis Scale AI dalam postingannya.
Dan diperlukan sepasukan pekerja untuk melakukan pekerjaan semacam ini. Scale AI memiliki puluhan ribu kontraktor yang mengerjakan platformnya secara bersamaan, menurut Times.
“Apa yang benar-benar membuat AI berguna bagi penggunanya adalah lapisan data manusia, dan hal itu benar-benar perlu dilakukan oleh manusia cerdas dan terampil serta manusia dengan tingkat keahlian tertentu dan kecenderungan kreatif,” Willow Primack, wakil presiden operasi data di Scale AI, kepada New York Times. “Sebagai hasilnya, kami fokus pada kontraktor, khususnya di Amerika Utara.”
Pergeseran menuju gig trainer yang lebih canggih terjadi ketika raksasa teknologi berebut menemukan data baru untuk melatih teknologi mereka. Hal ini karena program-program tersebut belajar dengan sangat cepat sehingga mereka sudah kehabisan sumber daya untuk belajar. Banyaknya informasi online – mulai dari makalah ilmiah, artikel berita, hingga halaman Wikipedia – semakin berkurang.
Epoch, sebuah lembaga penelitian AI, telah memperingatkan bahwa AI bisa kehabisan data pada tahun 2026.
Oleh karena itu, perusahaan semakin banyak menemukan cara kreatif untuk memastikan sistem mereka tidak pernah berhenti belajar. Google telah mempertimbangkan untuk mengakses data pelanggannya di Google Docs, Sheets, dan Slides sementara Meta bahkan berpikir untuk membeli penerbit Simon & Schuster untuk memanen koleksi bukunya.
Sumber: businessinsider.com
Email: info@konsultanpendidikan.com