Dengan keterbatasan Fisik, Bisa Lulus S2 di Jerman

academia-photos.jpg

Pernah terbayangkan bagaimana penyandang disabilitas bisa kuliah S2 di luar negeri hingga lulus? Jawabannya ada dalam kisah Mochamad Nur Ramadhani. Sosok dengan sapaan Dhani ini harus menelan kenyataan pahit bahwa kakinya harus diamputasi ketika usianya saat itu masih remaja. Dhani kehilangan kaki kanannya akibat kanker tulang yang dideritanya dulu.

Dia mengisahkan, waktu itu sangat berat untuk memutuskan apakah kakinya harus diamputasi atau tidak. Namun jika kaki tidak diamputasi, maka kanker yang dia derita akan menyebar ke seluruh tubuh. “Kalau tidak amputasi, kankernya bisa menyebar ke seluruh tubuh. Kalau diamputasi mungkin aktivitasnya akan terbatas,” ungkapnya.


Saat masih SD, Dhani sempat tinggal di Jerman bersama keluarganya. Kemudian, mereka pulang ke Indonesia karena ayah Dhani bertugas di tanah air. Kenangan semasa SD itulah yang membuat Dhani ingin mengambil S2 di negeri Panser.

Namun satu tahun setelah kepulangan bersama keluarganya ke Indonesia di tahun 2008, Dhani mengalami kanker tulang yang menyebabkan kakinya harus diamputasi.

Kehilangan kaki karena diamputasi saat masih 14 tahun sempat membuat Dhani merasa minder. Namun seiring berjalannya waktu dia merasa harus segara bangkit. “Seiring waktu saya belajar hidup harus terus berjalan,” kata dia.

Pria yang mengaku kerap ranking pertama selama SMA ini juga bercerita, saat mendaftar kuliah, dia awalnya bercita-cita untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Umum. Namun ternyata bukan rezeki, Dhani tak mendapatkannya dan akhirnya mencoba mengikuti ujian tulis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad).

Hingga lulus S1 Unpad pun Dhani berkisah bahwa dia masih memakai tongkat. Bahkan, sebelumnya dia mendapat vonis hanya bisa sekolah sampai jenjang sarjana saja.

Terlepas dari segala kesulitannya itu, Dhani tetap gigih dan lulus ujian profesi. Dia pun masih menyimpan keinginan untuk kembali ke Jerman.

“Sekolah ketika saya SD di Jerman itu tidak mudah. Perjuangan selama kami tinggal di Jerman 7 tahun yang membuat mimpi itu muncul (bahwa) saya harus kembali lagi ke sana untuk mencapai mimpi-mimpi yang dari keluarga belum tercapai dan mengharumkan nama negara.”

Dokter gigi yang lulus S2 program Master of Science in International Health di Humboldt-Universitat zu Berlin ini mengatakan bahwa negara Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan para penyandang disabilitas.

“Di dunia ini banyak sekali kesempatan untuk kita berprestasi, melakukan ibadah, beramal, berkreasi,” pesannya juga untuk rekan sesama disabilitas di seluruh Indonesia.

Sumber: detik.com

Alamat Lengkap Kami

Email:  info@konsultanpendidikan.com

Published by

melpadia

ig: @melpadia

Tinggalkan Balasan