Yola, begitu ia disapa, semula berencana mencari beasiswa di kampus-kampus Asia Timur. Dari berbagai pencarian dan aplikasi, ia mendapati beasiswa pemerintah Polandia Ignacy Łukasiewicz Narodowa Agencja Wymiany Akademickiej (NAWA) Scholarship Programme untuk studi di sana.
Dengan pencapaiannya, mahasiswa S2 Poznań University of Life Sciences tersebut kelak mendapat tawaran untuk lanjut kuliah S3 Food Technology and Nutrition dengan beasiswa dari kampus. Begini kisah Yola kuliah di Polandia.
Kisah Kuliah Mahasiswa Indonesia di Polandia dengan Beasiswa
A. Pertimbangan kuliah lebih murah dan riset
Perempuan yang berencana menjadi ilmuwan ini menuturkan, setelah menimbang kualitas pendidikan Eropa dan biaya yang terjangkau, ia pun memantapkan diri untuk coba melamar beasiswa studi S2 luar negeri di Polandia.
“Untuk kuliah S2 bisa jadi lebih mahal di Indonesia. Kuliah ini gratis di Poland, funded Europe Union. Jadi mungkin kalau punya (skor) IELTS, TOEFL, minimal (calon mahasiswa) S2 yang merasa mau liat dunia, mau networking jadi scientist, nggak apa-apa (mempertimbangkan kuliah di luar negeri dengan beasiswa)”.
“Aku sendiri mau jadi ilmuwan. Sekarang aku risetnya soal fruit oil authenticity, keaslian minyak buah. Jadi kalau di market itu, tinggi antioksidan, benefitnya banyak untuk muka, kosmetik kan, nah itu rentan dipalsukan, kayak palm oil dan raspberry oil”.
B. Kursus bahasa menentukan beasiswa
Yola bercerita, program beasiswanya terintegrasi dengan kursus bahasa Polandia selama satu tahun. Ia mengingatkan, kelas persiapan bahasa tersebut juga menentukan kelanjutan beasiswa mahasiswa internasional sepertinya. Jika tidak mencukupi persyaratan nilai, sambungnya, maka beasiswa bisa dibatalkan.
“Bahasa Polandia penting buat hidup di sana, penting juga buat studi, meskipun aku Master-nya pakai (bahasa pengantar) bahasa Inggris. Apalagi yang ambil Master bahasa Polandia.”
C. Magang lintas negara
Untuk memperluas pengalaman dan jejaring, Yola juga menjajal berbagai program magang hingga riset. Setelah jadi intern bidang komunikasi dan promosi NAWA, badan nasional Polandia untuk pertukaran pelajar, ia lalu menjadi intern riset yang sesuai dengan studinya lewat Erasmus+ Traineeship Program. Program ini ditekuninya di tahun akhir kuliah S2 dan menjelang kuliah S3 berlangsung.
Dengan Erasmus+ tersebut, Yola berkesempatan jadi pemagang riset di Czech University of Life Sciences, Praha, Ceko dan Free University of Bozen-Bolzano, Bolzano, Italia. Di kampus Praha, ia meriset tentang efek antimikrobial dari tumbuhan medis tropis. Sementara itu di kampus Italia, Yola meneliti pengembangan metode otentikasi butter.
D. Uang saku dan part-time
Uang saku yang tercakup dalam program beasiswa bagi Yola cukup untuk kehidupannya sehari-hari. Ia bercerita, sebagai mahasiswa S2 mulai 2019, ia mendapat uang saku yang setara sekitar Rp 6 juta. Mulai S3 pada Oktober 2021, ia mendapat uang saku Rp 8,2 juta. Jika lulus ujian doktor di tahun kedua, sambungnya, maka uang sakunya akan naik jadi Rp 12,5 juta.
Untuk sampai ke kampus, ia berjalan kaki sekitar 18 menit dari asrama. Yola bercerita, jika sedang di pusat kota, maka trem menjadi kendaraan yang bisa diandalkan mahasiswa.
“Dan ada diskon untuk yang di bawah 35 tahun, jadi terhitung murah menjadi mahasiswa S3 di sini,” tutur Yola yang kerap membagikan pengalaman kuliah dan tips beasiswa di kanal YouTube MahasiswaPL.
Kendati uang saku yang mencukupi, Yola bercerita, ia juga pernah menjajal kerja paruh waktu saat musim panas 2020 dan 2021. Salah satunya yakni menjadi petugas pengepakan di pabrik cokelat. “Awalnya mau lihat bagaimana proses pembuatannya. Lumayan buat tambah uang jajan kalau mau main ke negara-negara Eropa Barat,”.
Sumber: detik.com
Email: info@konsultanpendidikan.com
Published by