Mahasiswa universitas di China yang menjiplak pekerjaan dapat dilarang mendapatkan hipotek, kehilangan akses ke transportasi umum, dan bahkan kecepatan internet mereka diperlambat untuk memperluas skema kredit sosial kontroversial Beijing.
Negara ini berencana memasukkan kecurangan di universitas sebagai bagian dari sistem kredit sosialnya yang menilai orang berdasarkan perilaku mereka dan menentukan akses mereka ke transportasi umum, hipotek, universitas, dan bahkan promosi pekerjaan.
“Kami akan membuat tindakan penipuan yang melibatkan makalah gelar sebagai bagian dari kredit seseorang untuk dimasukkan dalam platform berbagi informasi nasional,” kata kementerian pendidikan dan keuangan dalam dokumen bersama dengan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, menurut The Times.
China menguji coba skema kredit sosialnya yang kontroversial secara regional pada 2009 sebelum memulai percontohan nasional pada 2014. Meskipun masih dikembangkan, China bermaksud untuk meluncurkan sistem sepenuhnya pada akhir 2020. Sistem ini mencakup 1,02 miliar orang pada akhir 2019 menurut kepada People’s Bank of China.
Pemerintah daerah dapat memperkenalkan skema mereka sendiri, yang berarti bahwa perilaku yang berbeda dihukum di berbagai daerah. Kota Guangzhou mulai menghukum orang yang menyontek saat ujian pada Agustus 2019, misalnya.
Perilaku “negatif” lain yang membuat peringkat orang turun di skema lokal termasuk perilaku keuangan yang tidak jujur dan curang, memutar musik keras atau makan di transportasi umum, tidak memilah sampah, melanggar peraturan lalu lintas, menyontek video game, dan tidak menghadiri reservasi di restoran atau hotel.
Warga negara dapat menaikkan peringkat mereka dengan menyumbangkan darah, menyumbang untuk amal, menjadi sukarelawan, dan memuji pemerintah di media sosial.
Program nasional yang menambahkan kecurangan di universitas – lebih terbatas, dan terutama mencakup utang macet, putusan pengadilan, dan perilaku antisosial di angkutan umum.
Mike Pence menggambarkannya pada tahun 2018 sebagai “sistem Orwellian yang didasarkan pada pengendalian hampir setiap aspek kehidupan manusia.”
Hingga Juni 2019, orang-orang yang digolongkan sebagai “tidak dapat dipercaya,” atau dalam daftar hitam skema, telah ditolak total 26,82 juta tiket pesawat dan 5,96 juta tiket kereta api kecepatan tinggi, menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional.
Dan pada September 2019 saja, 513 orang yang terlihat merokok di zona bebas rokok milik kereta api atau naik kereta tanpa membayar dilarang bepergian dengan kereta api, lapor The Times.
Sumber: businessinsider.com
Ada hal yang ingin anda tanyakan? Jangan ragu, silahkan hubungi kami. Konsultasi dengan kami gratis.
Whatsapp : 0812 5998 5997
Line : accesseducation
Telegram : 0812 5998 5997
Email: info@konsultanpendidikan.com